Kulit sapi, kambing dan domba membawa berkah bagi pengepul bernama Asol. Berkat usaha tersebut, dirinya bisa memberikan nafkah bagi anak dan istrinya.
Ketika ditemui penulis pada minggu (24/9), Solihin yang kerap dipanggil Asol mengatakan bahwa keputusannya menjadi seorang pengepul (pengumpul) di tahun 2001 karena ingin mengikuti jejak kakeknya yang juga berprofesi sebagai pengepul.
“ Untuk menjadi pengepul di tahun 2001, saya harus mengeluarkan modal uang sebesar Rp. 1.500.000,- yang diperuntukkan untuk membeli kulit,” ujar Asol.
Dengan modal awal tersebut, Asol mengakui bahwa dirinya hanya mendapatkan 50 hingga 100 kulit dalam setiap minggunya di tahun 2001. Namun berkat ketekunan dan ketelatenannya dalam menjalani bisnis ini, kulit yang dia dapatkan dalam setiap minggunya jumlahnya semakin meningkat.
“ Syukur kepada Allah SWT, karena ketelatenan saya, hingga saat ini saya berhasil mengumpulkan kulit 500 hingga 1000 lembar dalam setiap minggunya,” kata Asol.
Ketabahan berbuah manis
Selama menjadi pengepul, Asol juga seringkali merasa kesulitan untuk mendapatkan kulit yang akan dijualnya.
“ Hampir rata-rata para pejagal serta penjual kulit memiliki langganan sendiri, sehingga ketika akan membelinya rada susah,” tutur Asol.
Kenyataan tersebut tidak membuatnya putus asa, Asol pun mulai melakukan nego dengan pejagal serta penjual kulit tersebut. Hasilnya mereka mau menjualnya meskipun harganya lebih tinggi dibandingkan harga sebelumnya.
Ketabahan yang dialami oleh Asol ketika mendapatkan kulit, berbuah manis. Sebab, setelah kulit-kulit yang dibelinya sudah terkumpul, para partner bisnisnya yang berasal dari Garut, Bandung, Jawa Timur, Madura dan Tanah Abang yang dikontak oleh Asol langsung datang ke tempatnya untuk mengambil kulit tersebut.
Selain menjual kulit yang belum diolah, Asol juga menjual kulit yang sudah diolah atau dimasak untuk dijadikan bahan pembuatan kerajinan jaket, dompet, sandal, sepatu dan lain-lain. (HS/TW/Foto:TW)