Lingkungan Seni Yang Mengantarkan Wayan Dastra Menjadi Pelukis

Ketika berkunjung ke Balai Budaya untuk menyaksikan Art Exhibition yang digelar Sanggar Kamboja Bali, penulis menjumpai salah seorang pelukis yang bernama Wayan Dastra. Kepada penulis, Wayan Dastra menceritakan kisah perjalanan hidupnya hingga bisa menjadi pelukis seperti sekarang ini.

Lahir di Ubud pada 7 Juni 1980, Wayan Dastra mengakui bahwa darah seninya mengalir dari lingkungan sekitar. “ Seperti diketahui Ubud merupakan daerah yang ditinggali para seniman termasuk kedua orang tua saya, alhasil sejak kecil saya tertarik dengan dunia seni,” ucapnya.

Diakui oleh Wayan, bukan seni patung yang dia gemari seperti orang tua dan tetangganya, melainkan seni lukis. Ketertarikan Wayan di dunia lukis dikarenakan lukisan lebih terlihat sangat indah dan mirip dengan aslinya. Untuk itulah menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP), Wayan mulai belajar melukis secara otodidak. Lukisan pertama yang dibuatnya adalah sketsa.

Wayan yang menyadari bahwa dirinya memiliki bakat lukis melanjutkan pendidikannya di sekolah seni SMSR Denpasar dan melanjutkannya ke ISI Denpasar.

Lulus ISI Denpasar, lukisan Wayan banyak menuai pujian. Hal inilah yang mendorong Wayan untuk mengikuti pameran bersama 3 besar Clien Up Bali 2002 STSI Denpasar di Hotel Radisson Bali. Di pameran tersebut, lukisan Wayan yang beraliran realis menuai pujian bahkan ada kolektor lukisan yang membelinya.

Ini tentu saja membuat Wayan bertambah semangat untuk membuat karya lukisnya dan memamerkannya di pameran bersama dan tunggal. 

Di akhir cerita, Wayan berharap agar generasi muda yang mencintai seni lukis untuk tidak takut mewujudkan kecintaannya. Karena seni lukis pada saat ini bisa menjanjikan penghasilan yang lumayan/(Hs.Foto:HS)