Jakarta, Gpriority-Setiap tanggal 24 maret, masyarakat di dunia memperingati hari Tuberkulosis (TB) Sedunia (World TB Day). World TB Day diadakan untuk mengingatkan kita dan masyarakat mengenai bahayanya penyakit TB serta dampaknya bagi pasien, keluarga dan masyarakat yaitu penularan, sosial dan ekonomi akibat kecacatan yang ditimbulkan oleh penyakit TB.
Dr. Erlina Burhan Sp.P(K) Ketua PDPI Cabang Jakarta dalam media workshop di Rumah Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)mengatakan, Indonesia menempati urutan 3 tertinggi di dunia setelah India dan Cina.
” Berdasarkan data TB Indonesia tahun 2017, mortalitas akibat TB adalah 107.000 (100.000 114.000) atau rerata 40 per 100.000 penduduk. insidens 842.000 (767.000 919.000) atau rerata 319.000 per 100.000 penduduk. Kasus TB RO yaitu TB MDR/RR yaitu 26.000 atau 8.8 kasus per 100.000 penduduk,” ucap Dr. Erlina.
Pemerintah Indonesia sudah melakukan usaha global untuk melawan penyakit TB. Dan usaha tersebut mampu menyelamatkan 54 juta jiwa sejak tahun 2000 dan rata-rata jumlah kematian akibat TB menurun sebanyak 42%.
“Usaha global yang dilakukan adalah, meningkatkan akses pencegahan dan pengobatan TB, membangun akuntabilitas, memastikan pendanaan yang cukup dan berkesinambungan termasuk dana penelitian, menyerukan penghentian stigma dan diskriminasi, serta menyerukan keberpihakan hak pasien,” ujar Dr. Erlina.
Usaha global yang dilakukan Pemerintah Indonesia ini tidak terlepas dari target yang ditetapkan Pemerintah Indonesia yakni Eliminasi TB di 2030.
Optimisme ini tentunya bukan impian. bukan slogan apalagi jargon semata, visi ini akan mampu diwujudkan apabila kita melakukan percepatan, inovasi dan konsisten serta upaya semua pihak termasuk PDPI.
PDPI sebagai leader dalam memajukan kesehatan rakyat Indonesia selalu mendorong, mendukung, aktif dan bekerja sama dengan pemerintah dalam hal pemberantasan dan penanggulangan penyakit Tuberkulosis. PDPI selalu bekerja aktif dengan cara: Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan semua anggota PDPI mengenai penyakit TB sehingga semua anggota memiliki pengetahuan serta keterampilan sesuai dengan panduan TB terbaru.
Berperan aktif sebagai narasumber atau konsultan dalam pembuatan panduan TB nasional. Serta mendekatkan diri ke masyarakat dengan cara edukasi mengenai TB melalui media sosial, media cetak atau media TV.
PDPI sebagai organisasi juga sejak lama telah memulai berbagai kegiatan untuk turut mencapai Eliminasi TB, salah satunya menjadi organisasi pertama pendukung tata laksana TB paripurna menggunakan standar internaional yaitu International Standard Tuberculosis Care. Senantiasa terlibat dalam penyusunan dan pengembangannya, dilanjutkan sosialisasi dan edukasi lSTC bagi anggota dan sejawat lain yang terlibat dalam penanganan Pasien TB.
“Sejak 2009 hingga 2017, PDPI bekerja sama dengan Kementrian Kesehatan dan donor Implementasi PPM berhasil memberikan kontribusi notifikasi kasus TB dari layanan kesehatan swasta di beberapa Kabupaten Kota meliputi Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Medan, Surabaya, Malang, Solo, Malang, Padang dan Riau,” ujar Dr. Agus Dwi Susanto Sp.P selaku ketua umum PDPI.
Upaya lain yang dilakukan PDPI adalah menerbitkan berbagai panduan dan buku untuk menjadi acuan tata laksana TB di indonesia, salah satunya adalah sejalan dengan upaya pencegahan sakit TB berupa pedoman Tata laksana infeksi tuberkulosis (TB) laten. Tata laksana TB laten merupakan salah satu inovasi pencegahan TB, terutama kepada kelompok berisiko.
Perjuangan PDPI untuk turut mengeliminasi TB adalah kontribusi untuk memberikan terapi terbaik.
PDPI Rujukan Menangani Kasus TB
Sebagai salah satu profesi yang banyak mengobati pasien TB, PDPI menjadi rujukan untuk menangani kasus TB dengan berbagai komplikasi dan komorbid.
PDPI juga berusaha dengan keras agar obat TB dapat kembali masuk ke dalam formularium nasional, sebagai rujukan ketersedian obat di Indonesia, dan agar TB juga menjadi penyakit yang dijamin oleh JKN dan berbagai asuransi yang lain.
Dengan berperan aktifnya PDPI secara kontinu maka diharapkan Indonesia dapat keluar dan’ negara dengan beban TB terbanyak di dunia dan menjadi Indonesia bebas TB tahun 2050. (Hs.Foto:Hs)