
Sudah menjadi tradisi, warga Bali lakukan ritual Siat Yeh sebagai bentuk harapan lebih baik di tahun ini. Siat Yeh sendiri terdiri dari dua kata “Siat” perang dan “Yeh” air. Warga Bali percaya, tradisi ini akan mendatangkan berkah di satu tahun ke depan, serta menjauhkan energi negatif dari dalam tubuh. Pemuka adat Bali mengungkapkan, filosofi di balik Siat Yeh; seorang manusia harus bisa menahan ego-nya sendiri, seolah sedang berpacu di medan perang. Arti air sendiri, ialah bentuk kedamaian. Siraman air yang terkena tubuh akan lunturkan keburukan.
Air yang digunakan untuk ritual ini bukan air biasa. Diambil dari Tuka d Melanggih, sumber air suci di Pura Dalem. Warga Gianyar percaya, sumber air ini digunakan oleh para Raja terdahulu, sehingga siapa saja yang memakainya akan beruntung. Maka dari itu, air ini sangat dinilai suci dan kramat oleh warga setempat. Siat Yeh pun bentuk rasa syukur warga Bali atas hidup yang diberikan. Sampai saat ini warga dan pemuka agama Gianyar tetap melestarikan tradisi Siat Yeh, selain kepercayaan, tradisi ini merupakan warisan budaya Indonesia.
Pelaksanaan Siat Yeh cukuplah unik dan seru. Seperti artinya ‘perang’ ‘air’, maka para peserta akan berperang gunakan air. Awalnya masyarakat desa berkumpul di satu tempat (Catus Pata) mengenakan pakaian tradisional Bali. Kemudian pemuka agama (Pinandhita) lakukan ruwatan pada para warga. Setelah ruwatan, warga dibagi dua kelompok. Setiap kelompok wajib saling kejar dan siram, menggunakan air suci Tukad Melanggih. Acara dimulai saat pemuka agama memberi tanda dengan suara ketokan. Hingga akhirnya seluruh peserta lakukan aksi saling siram.
Terlihat senyum lebar para peserta saat lakukan ritual ini. Sorak sorai warga menambah keceriaan di tengah ritual. Semua orang menjadi basah, termasuk ke jalan-jalan sekitar. Siat Yeh juga sebagai ajang promosi pariwisata di Kota Bali. Tradisi ini punya daya tarik bagi wisatawan mancanegara dan lokal. Pemerintah daerah Bali pun mengemasnya dalam bentuk festival. (Ega.Fofo.Aridarma)