Digitalisasi Pangan Disebut Kini Sudah Jalan On The Track

Penulis : Aflaha Rizal Bahtiar | Editor: Lina F | Foto : Aflaha Rizal Bahtiar

Jakarta, Gpriority.co.id – Perkembangan digital tentu tidak hanya memudahkan bagi para pengguna internet saja. Tapi, digital juga sangat penting bagi kemajuan teknologi pangan, terutama di daerah Sulawesi Tenggara. Kemajuan teknologi pangan kini disebut sudah jalan on the track.

Terkait kemajuan tersebut telah diungkap oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sulawesi Tenggara, Dr. M. Ridwan Badallah, S.Pd., MM.

“Sebetulnya digitalisasi tidak hanya parsial dan tidak masing-masing. Tapi terkait teknologi pangan kita, sudah on the track,” ungkapnya saat ditemui di acara Opening Ceremony Digital Transformation Conference & Expo (DTICX 2023), Rabu (26/7).

Agar lebih berkembang pesat, lanjutnya, ia mengungkap berencana untuk mengembangkan aplikasi Open Government. Di mana pengembangan tersebut juga masuk ke dalam digitalisasi pangan atau pertanian.

“Itu termasuk pertanian, perkebunan, dan semua akan terekspos lewat aplikasi itu. Dan bisa dibuka oleh semua khalayak,” ungkapnya lebih lanjut.

Untuk menjalankan sistem Open Government, ia mengatakan akan bekerja sama dengan Kabupaten/Kota dalam rangka Kominfo dengan Dinas Pangan dan Pertanian untuk memberikan edukasi kepada para petani. Kerja sama ini dilakukan dalam dua cara, yakni masyarakat atau petani bisa mengisi lewat aplikasi tersebut, atau Petugas Pertanian untuk mengambil data di setiap minggunya. Sementara untuk cara ketiga, M. Ridwan Badallah mengatakan sudah memiliki Wali Data untuk imulator, di mana petugas pencatatan bagaimana perkembangan pertanian dan peternakan.

“Itu data sektoral. Tapi untuk data setiap minggu kita mau bangun ada Wali Data. Kominfo sebagai wali data kami buat SK Gubernur dan memberikan honor untuk mereka yang bertugas setiap minggu untuk validasi dan pemuktahiran data,” ucapnya.

“Biasanya seminggu perubahannya tidak cukup signifikan. Biasanya kita masuk sebulan, triwulan, dan seterusnya,” lanjutnya.

Memang, untuk mengembangkan sektor digitalisasi pangan sudah pasti ada risiko. Namun, M. Ridwan Badallah menegaskan risiko akan tetap ada, salah satunya penyebaran misinformasi.

“Dan satu lagi risiko yang kita hadapi adalah, bagaimana kemampuan petani dalam melek digital. Tentu dalam tiga indikator ini, satu atau dua tadi dalam waktu dekat sudah ada aplikasi Klinik Hoaks. Dan ketiga tentu kita lakukan sosialisasi,” paparnya.