Jakarta, GPriority.co.id – Industri kecantikan di Indonesia sedang menjadi buah bibir, usai dihebohkan dengan kemunculan sosok Dokter Detektif Viral.
Dokter Detektif tersebut mengenakan topeng sebagai ciri khasnya, lalu mengulas berbagai merk skincare atau kosmetik overclaim yang populer di jagat maya.
Hingga saat ini, identitas asli dari wanita di balik sosok Dokter Detektif, belum diketahui.
Namun kabarnya, Dokter Detektif merupakan Dokter Kecantikan yang sudah menyelami dunia skincare selama belasan tahun.
Diketahui jika Dokter Detektif me-review skincare berdasarkan hasil uji lab. Ia pun me- review skincare tidak asal-asalan.
Dokter Detektif juga mempunyai niat mulia untuk mengedukasi masyarakat Indonesia agar lebih cermat dan berhati-hati dalam memilih skincare yang berkualitas, dengan harga yang sesuai.
“Saya tidak ada niat untuk menjatuhkan brand manapun. Misi saya adalah menyelamatkan masyarakat dari begitu gencarnya serbuan skincare overclaim yang sangat merugikan,” ungkap Dokter Detektif.
Dokter Detektif pun menyebutkan 2 inisial merk skincare overclaim hasil investigasinya.
Pertama, merk inisial “D”.
Salah satu produk diklaim mengandung 2% Actosome Retinol. Namun, hasil uji lab menunjukkan hanya mengandung 0,03% Pure Retinol, setara dengan 1% Actosome Retinol.
Kedua, merk inisial “S”
Salah satu produk diklaim mengandung 1% Retinol. Namun, hasil uji lab menunjukkan hanya mengandung 0,0054% Retinol, berbeda jauh dari yang diklaim.
Masalah lain muncul ketika owner-owner skincare overclaim terlihat flexing atau memamerkan harta kekayaannya di media sosial.
Oleh karenanya, Dokter Detektif ingin mengungkap kebenaran. Menurutnya, produk skincare overclaim sama halnya dengan mencuri uang masyarakat, dan didapatkan dengan cara yang tidak halal.
Adapun ciri-ciri skincare overclaim yang paling mudah diketahui yaitu menjanjikan hasil cepat dan instan. Sebagai contoh, produk pembersih wajah yang memiliki klaim dapat membuat wajah tampak jauh lebih cerah dan putih dalam sekali pemakaian.
Semua bahan aman justru memerlukan proses untuk bisa menunjukkan hasilnya pada kulit. Produk dengan klaim seperti itu bisa saja mengandung bahan berbahaya, seperti merkuri dan hidrokuinon.
Foto : Istimewa