Potensi Migas yang Besar Masih Dimiliki Indonesia Untuk Masa Depan

Jakarta,Gpriority-Beberapa waktu yang lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa Indonesia tengah mengalami defisit neraca perdagangan akibat tingginya jumlah impor minyak dan gas bumi (migas) dibandingkan dengan jumlah produksinya di dalam negeri.

Ucapan tersebut mendapat tanggapan dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang langsung target produksi minyak sebanyak 1 juta barel per hari pada 2030. Hal itu didasarkan pada data yang menunjukkan masih banyak potensi cadangan migas yang masih tersimpan di perut bumi dan belum dieksplorasi.

Namun sayangnya, industri migas sudah terlanjur dilabeli sebagai industri yang meredup (sunset industry). Generasi muda di Indonesia lebih cenderung memilih industri start-up atau lainnya untuk mengejar karir daripada terjun di industri hulu migas.

Melihat fenomena tersebut, Indonesian Petroleum Association (IPA) mengadakan sesi diskusi terbatas yang diberi nama NEXTGen Forum dengan topik “The Future Energy Jobs”. Sesi diskusi ini menghadirkan beberapa pembicara, yaitu Kepala Divisi Perencanaan Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo; Managing Director Schlumberger Indonesia, Devan Raj; dan Surveillance & Optimization Engineer Area-1 PT MedcoEnergi Indonesia, Nayesha Shafira.

Pembicara pertama, Wahju Wibowo, memaparkan kondisi hulu migas Indonesia dan potensinya di masa depan. Menurut data, dari sebanyak 128 cekungan di Indonesia, masih ada 35 cekungan yang perlu dikembangkan dan 73 lainnya yang belum dieksplorasi. SKK Migas menyakini masih adanya potensi cadangan migas yang sangat besar. Kondisi tersebut memberikan harapan bahwa industri hulu migas di Indonesia masih dapat berkembang di masa mendatang.

“Untuk memaksimalkan potensi yang ada tersebut, kita harus melakukan pekerjaan dengan cara yang berbeda atau disebut Business Unusual. Tetapi konteksnya positif. Business unusual itu berarti melakukan pekerjaan yang masif, agresif, dan efisien. Saya yakin hanya anak-anak muda yang bisa karena perubahan ada di tangan kalian,” terangnya.

Sementara itu, pembicara kedua, Devan Raj, menjelaskan, ada banyak inovasi dalam hal teknologi pada proyek-proyek migas. Inovasi sangat dibutuhkan demi optimalisasi kinerja eksplorasi dan produksi migas nasional. Teknologi juga dapat membantu menemukan lapangan-lapangan baru dengan mengedepankan efisiensi dan efektifitas. Sebagai contoh, Devan mengungkapkan, sebelum adanya bantuan dari teknologi ada sebuah pekerjaan yang memerlukan waktu selama 18 bulan. Sekarang, setelah adanya teknologi, waktu yang dibutuhkan dapat dipersingkat menjadi 18 hari.

Devan juga menegaskan, digitalisasi yang terjadi di hampir semua industri itu tetap memerlukan energi. Oleh karena itu, upaya pencarian sumber energi termasuk migas menjadi sangat penting. “Di industri migas, digitalisasi tidak bertujuan untuk mengganti peran tenaga kerja. Tetapi, teknologi justru membantu menghasilkan pekerjaan yang cepat, tepat, dan lebih baik,” ungkapnya.

Sedangkan pembicara terakhir, Nayesha Shafira, bercerita mengenai pengalamannya bekerja di perusahaan migas nasional. Sebagai pekerja baru dan generasi milenial, ia membagikan pengalamannya mengenai tanggung jawabnya sehari-hari di perusahaan tersebut. Berbagai tips dan pandangannya tentang peranan generasi milenial pada industri hulu migas ke depannya. Nayesha menceritakan bagaimana mengawali semua itu dengan mimpinya saat masih duduk di bangku SMP. Ketika itu, dia bermimpi menjadi petroleum engineer. Namun, perjalanan tidak selalu berjalan mulus dan banyak kendala. Meskipun begitu, dia selalu berusaha berpikir positif dan terus belajar hingga suatu hari mimpinya pun menjadi kenyataan. Ia berhasil masuk di Medco E&P Indonesia dan bahkan mendapatkan penghargaan kategori Best Milenial Presenter dan Top 3 paper di Medco Awards 2019.

Menurut dia, ada tiga tips yang dapat membantu para mahasiswa atau fresh graduate yang baru masuk lapangan kerja, yaitu: memiliki pemikiran yang positif, terus belajar mengenai apapun dan dari siapapun karena selalu ada nilai-nilai yang dapat diambil, dan mengetahui kelebihan diri sendiri agar lebih stand out dibandingkan dengan yang lain.

Forum diskusi yang diikuti oleh sejumlah mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta ini terselenggara atas kerjasama beberapa pihak, diantaranya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, SKK Migas, IPA, dan Dyandra Promosindo.

Acara ini merupakan bagian awal dari rangkaian acara pre-event Pameran dan Konvensi ke-44 IPA atau biasa disebut IPA Convex yang pada tahun ini merupakan acara ke-44 dan akan diselenggarakan pada 2–4 September 2020, di Jakarta Convention Center. Diharapkan, kehadiran generasi muda pada industri hulu migas nasional akan terus meningkat sehingga pada akhirnya industri ini dapat mengantarkan bangsa Indonesia mencapai ketahanan energi di masa mendatang.(Hs.Foto.Dok Dyandra)