Islam Memandang “Perselingkuhan” Series Layangan Putus

Series Layangan Putus menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Meskipun episodenya sudah selesai, cuplikan viral “it’s my dream, not hers!” masih segar diperbincangkan. Bahkan, banyak selebgram dan selebtiktok yang ikut membuat konten parodi dari scene fenomenal tersebut. Sosok mas Aris yang selingkuh masih ramai dibahas bahkan banyak para psikolog yang membahas sisi psikologis tokoh tersebut.

Dapat kita lihat bahwa pemeran Aris ini sering disangkut-pautkan dengan tokoh dari kisah Layangan Putus yang asli, Ricky Zainal pemilik chanel YouTube dakwah Ammar TV dengan 3,92 juta subscriber. Sosoknya dikenal religius karena kerap membagikan tontonan dakwah di media sosial miliknya. Banyak netizen yang menyayangkan sikap dari pemilik Ammar TV tersebut, karena diduga selingkuh dan poligami dibelakang Mommy ASF.

Namun secara biologis, apakah selingkuh bersifat genetik? Penelitian menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki gen yang berhubungan dengan kecenderungan seseorang melakukan selingkuh dan promiskuitas (berganti pasangan seksual tanpa komitmen/multiple sexual partner), yaitu gen Dopamin D4 atau Reseptor (DRD4).

Seseorang dengan variasi 7R+ pada DRD4 ternyata pernah melakukan perselingkuhan maupun promiskuitas. Gen DRD4 ini adalah gen yang bertanggungjawab terhadap kesenangan dan euforia. Karena ketika seseorang berhasil melakukan perselingkuhan dan tidak ketahuan, ada sebuah kesenangan bahkan rasa sensasi ingin mencobanya kembali.

Faktanya, setiap manusia memiliki gen ini, namun ada 2 variasi yaitu 7R+ (seorang yang punya kecenderungan selingkuh) dan 7R-. Meskipun ini bukan satu-satunya penentu pasti apakah orang akan selingkuh terus atau akan melakukan perselingkuhan atau tidak. Karena sesungguhnya manusia punya akal dan logika, bukan hanya naluri dan insting saja. Selain itu faktor lingkungan, kondisi, nilai hidup dan cara kita dibesarkan pun sangat berperan. Faktanya kecenderungan itu ada, tapi keputusan tetap berdasarkan akal dan logika.

Begitupun dalam Islam, hubungan interaksi antar lawan jenis yang bukan mahramnya sangat tegas dilarang. Hal ini dapat kita lihat dalam QS. An-Nur ayat 30, yang artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”

Ayat ini menjelaskan tentang perintah untuk laki-laki yang beriman agar mereka menjaga kemaluan dan menundukkan pandangan. Begitupun di ayat ke 31 menjelaskan tentang perintah untuk perempuan yang beriman agar mereka menjaga kemaluan dan menundukkan pandangan mereka.

Kesalehan ritual yang ada dalam diri seorang mukmin harus berbanding lurus dengan keshalihan intelektualnya. Hamid Fahmy Zarkasyi dalam bukunya yang berjudul Minhaj Berislam, dari Ritual hingga Intelektual menjelaskan, jika seseorang telah memahami akidah dengan benar maka keislamannya akan meningkat menjadi akhlak yang dijaga dengan ketakwaan. Maka dari itu orang yang berakhlak mulia mestinya tidak hanya amalan syariatnya yang sempurna, keimanannya yang kokoh serta perilakunya yang saleh, tapi juga pikirannya yang lurus, benar dan tidak keluar dari konsep-konsep yang terdapat dalam syariat, akidah dan akhlak. Hal ini sejalan dengan athar sahabat yang berbunyi: “Barangsiapa bertambah ilmunya tapi tidak tambah petunjuknya, maka akan bertambah jauh dari Tuhannya”. Ini berarti bahwa ilmu dan iman harus berkembang secara bersamaan atau stimulan.(Nad.Foto.Istimewa)