Jakarta, GPriority.co.id – Bill Gates, seorang miliarder filantropis, menghabiskan dua dekade terakhir untuk memperingatkan masyarakat umum tentang isu-isu yang tidak menyenangkan. Pemilik Microsoft itu memprediksi akan ada konflik besar dan pandemi baru.
Seperti dilansir dari Reuters, Bill Gates mengatakan akan ada bencana iklim dan serangan siber yang menghancurkan. Para ilmuwan melihat pandemi sebagai sesuatu yang mungkin terjadi. Bahkan juga tak terhindarkan dari waktu ke waktu.
Pandemi memang menjadi lebih umum terjadi, karena faktor-faktor semacam perubahan iklim dan pertumbuhan populasi, demikian yang ditunjukkan penelitian.
Sementara itu, Bill Gates dan pendukung kesehatan dunia, juga menyoroti soal bagaimana negara akan lebih bersiap daripada sebelumnya, dalam menghadapi wabah COVID-19.
Perpecahan politik juga diyakini akan menghambat respons dunia terhadap pandemi selanjutnya, jika memang terjadi kembali.
Perlu diketahui, Bill Gates menulis buku berjudul ‘Bagaimana Mencegah Pandemi Berikutnya’ tahun 2022 lalu. Dia menyoroti bagaimana pemerintah, termasuk Amerika, karena tidak cukup siap menghadapi pandemi COVID-19 pada tahun 2020 lalu.
Meskipun beberapa kemajuan telah dicapai negara-negara dunia, namun peningkatan pengeluaran pada kesiapan pandemi di Amerika dan negara lain, dinilai Bill Gates belum cukup untuk menghadapi permasalahan tersebut.
Berbagai teori konspirasi pun muncul usai Bill Gates mengeluarkan buku tersebut pada tahun 2022 lalu. Ada sebuah teori yang mengatakan bahwa Bill Gates merupakan sosok dibalik penghancur dunia.
“Mudah memprediksi sesuatu jika anda yang menulis skenarionya,” ujar seorang netizen luar negeri yang mengomentari teori konspirasi tersebut.
Dalam bukunya, Bill Gates mengajak pembacanya untuk memahami penyakit menular. Kemudian ia menunjukkan kepada pembacanya tentang bagaimana negara-negara di dunia bekerja sama satu sama lain, termasuk dengan sektor swasta.
Bill Gates juga memberikan pandangan kepada pembacanya untuk dapat mencegah pandemi baru yang membunuh jutaan orang dan menghancurkan perekonomian global.
Foto : Reuters