PT. Batuta Chemical Industri Park (BCIP) akan membangun pabrik Coal To Methanol dan pabrik Biodiesel di Desa Sekerat, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Pabrik ini disebut-sebut menjadi pabrik methanol pertama di Asia Tenggara.
Wakil Bupat Kutai Timur, Dr. H. Kasmidi Bulang, S. T., M.M dalam wawancaranya di kanal youtube Nomorsatu Kaltim, (11/06/2021), mengatakan bahwa kegiatan pembangunan pabrik tersebut merupakan kerjasama
Indonesia dengan perusahaan besar dari Amerika dan China.
“Kegiatan dari perusahaan swasta konsursium KEK (Kawasan Ekonomi Khusus), ada beberapa gabungan dari perusahaan besar dari Amerika, China kerjasama dengan Indonesia, Alhamdulillah ditempatkan di Kutai Timur tepatnya di Kecamatan Bengalon,” kata Kasmidi.
Wakil Bupati Kutim juga mengatakan bahwa investasi pembangunan pabrik Methanol ini merupakan investasi terbesar di Indonesia selama masa Covid-19, karena hal tersebut diputuskan langsung oleh Presiden Jokowi.
“Kita mendapat suatu penghargaan, ternyata selama masa Covid-19 Indonesia bisa deal investasi dengan negara luar Amerika dan China untuk membangun pabrik methanol,” ujarnya.
Sumber daya alam yang melimpah menjadi salah satu alasan pembangunan pabrik Methanol di Kutim, Kasmidi menuturkan selain batubara, kebun sawit di Kutim menjadi salah satu kebun sawit terluas di Kalimantan Timur dengan luas lahan mencapai 445 ribu hektar.Hal tersebut sangat penting karena methanol dan sawit saling berhubungan dan batubara menjadi penggeraknya.
Kasmidi mengatakan turunan dari methanol tersebut nantinya akan dibangun pabrik minyak goreng yang bersumber dari kelapa sawit. “Turunan dari methanol nanti akan dibangun pabrik minyak goreng karena
mereka ngambilnya dari sawit yang sumber bahannya sudah ada, karena banyaknya pabrik sawit yang ada di kutim, hampir semua kecamatan memiliki sawit,” tuturnya.
Dengan dibangunnya pabrik methanol, Kasmidi berharap angka pengangguran di Kutim dapat berkurang, yang mana pabrik tersebut nantinya akan membutuhkan sebanyak 5 hingga 10 ribu tenaga kerja (naker) dalam waktu 3 tahun pembangunan. Dan juga Kasmidi mengatakan bahwa pihaknya akan berusaha memprioritaskan
masyarakat Kutim dengan kuota tenaga kerja lokal sebanyak 80 persen.
“Kita usahakan dari Kutim dengan kuota tenaga kerja lokal 80 persen, supaya terserap tenaga kerja kita yang masih menganggur, karena disini cukup besar angka pengangguran karena dampak dari Covid-19 dan banyaknya orang yang datang kesini,”katanya.
Pembangunan pabrik methanol ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pendanaan APBD
(Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Kabupaten Kutim. Karena Kasmidi menyebutkan APBD yang diterima Kutim sebesar 2,8 triliun dengan daerah Kutim yang luas dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di daerah.
Selain methanol, Kasmidi juga menuturkan ada pembangunan pabrik semen di Kecamatan Kaliorang oleh Kobexindo dan Hongshi Holding, yang mana progress pembangunannya sudah lebih dulu dibandingkan dengan pabrik methanol.
“Kita tentunya bangga di Kutim ini karena salah satu penyumbang PAD (Pendapatan Asli Daerah) baik Kalimatan Timur maupun Kutim, kita doakan saja semoga ini cepat selesai,” tutup Kasmidi.(#)