Sesat Tapi Nagih, Ini Risiko dari Pinjol

Penulis : Aflaha Rizal Bahtiar │ Editor : Dimas A Putra │ Foto : djkn.kemenkeu.go.id

Kemajuan teknologi saat ini tidak hanya telekomunikasi saja, tetapi juga bisnis digital yang juga berkembang dengan adanya teknologi. Perkembangan digital ini juga terjadi pada aplikasi pinjaman duit secara online alias pinjol.

Pinjol menjadi nama yang cukup tren di masa sekarang, karena untuk meminjam uang sebagai kebutuhan yang mendesak, bisa dilakukan lewat transaksi online. Hanya saja, pinjol punya dampak negatif yang mempengaruhi sisi ekonomi, terutama remaja dan ibu rumah tangga.

Fenomena pinjol juga terjadi pada anak muda yang ingin tampil hedonis tapi memaksakan diri dengan meminjam uang di pinjol. Mengapa pinjol sampai kini diminati orang banyak?

Assitant Consultant ZAP Finance Sherly Sintia, CFP mengatakan, salah satu mengapa aplikasi pinjol diminati masyarakat adalah karena kemudahan dan kepraktisannya.

“Dengan kemajuan teknolog yang ada, hampir seluruh proses pinjaman online dilakukan secara digital. Sehingga memungkinkan pemohon mengajukan permohonan pinjaman, mengunggah dokumen, dan menerima dana dalam waktu yang singkat,” ungkapnya kepada Gpriority.

Ia mengatakan, sebagian masyarakat juga tidak bisa membedakan antara pinjaman online (pinjol) legal dan ilegal. Akibatnya, kekurangan literasi keuganan membuat banyak orang terjerat platform pinjol ilegal yang berisiko.

Di sisi lain, rendahnya kesejahteraan guru juga menyebabkan integritas semakin terkikis. Belum lama ini, publik dihebohkan dengan masalah tak terbayarkannya uang tabungan siswa di dua kecamatan di Pangandaran, Jawa Barat sebanyak Rp7, 47 miliar.

Dari jumlah tersebut, sekitar Rp1,5 miliar dipinjam guru sehingga kasusnya mencuat ke publik dan ditangani inspektorat setempat.

“Rendahnya kesejahteraan dan masih lemahnya keuangan para guru masih menjadi permasalahan klasik yang membutuhkan solusi untuk mengatasinya. Sebab, sekalipun pendapatan guru meningkat tetapi literasi keuangan rendah, maka berdampak pada kurangnya kesejahteraan guru. Begitupun juga sebaliknya,” ungkapnya lebih lanjut.

Ia menegaskan, pentingnya literasi keuangan yang harus dipahami. Antara lain:

-Meningkatkan pendapatan, misalnya sebagai guru dan memiliki usaha, sebagai pelajar dan memiliki usaha, dan punya pemasukan tambahan.

-Menekan pengeluaran sehingga pemasukan tiap bulan tidak minus.

-Mampu membedakan antara pengeluaran yang sifatnya butuh daripada keinginan.

Mengenai soal pinjol, Sherly Sintia mengatakan dapat dijadikan solusi terakhir jika sudah tidak ada saldo dana darurat atau barang/aset yang dapat dijual. Namun, perlu dipastikan beberapa hal sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pinjol:

-Mengambil utang karena butuh bukan keingnan.

-Pastikan meminjam di Perusahan terdaftar atau yang sudah punya izin OJK.

-Ketahui besaran bunga dan biaya pinjaman.

-Kemampuan membayar cicilan pinjol maks 5% dari penghasilan setiap bulan.

-Lunasi cicilan tepat waktu.

-Jangan lakukan gali lobang dan tutup lobang.