Hal yang Harus Diperhatikan Agar Tidak Mengulang Shalat

Sholat merupakan rukun Islam kedua setelah membaca kalimat syahadatain, oleh sebab itu shalat juga disebut sebagai tiangnya agama. Serta amalan yang pertama kali ditanya ialah amalan shalat. Untuk itu urgensi shalat perlu diperhatikan mulai dari rukun dan syarat sahnya.

Ketika shalat, tak jarang kita mengalami ketidak khusyukan yang menyebabkan lupa harakat ataupun pikiran yang disibuki dengan hal lain. Apakah hal ini dapat berpengaruh bahwa shalatnya tidak sah?

Jika kita dapati syarat sahnya shalat dalam Madzhab Syafi’i sebagaimana disebutkan dalam Kitab Matan Abi Syuja’ yakni: pertama, bersih dari hadats dan najis. Kedua, sudah masuk waktu shalat. Ketiga, menghadap kiblat. Keempat, menutup aurat dengan pakaian yang suci. Kelima, melaksanakan shalat ditempat suci.

Menggambarkan bahwa tidak fokus atau khusyuknya seseorang ketika melaksanakan shalat tidaklah membatalkan syarat sah shalat tersebut. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul al-Wabil al-Sayyib mi Kalim al-Thayyib menyebutkan bahwa ada 5 kualitas shalat seseorang, diantaranya:

1.Mu’aqab (disiksa), maksudnya ialah orang yang menjalankan shalat tapi terpaksa menjalankan shalatnya. Menurut beliau, ini adalah shalatnya orang pemalas.

2.Muhasab (diperhitungkan), maksudnya ialah orang yang shalat sesuai syarat dan rukunnya. Orang dengan kualitas shalat seperti ini akan mendapat pahala dari Allah namun kecil, karena ia hanya memenuhi aspek lahiriahnya saja, sedangkan aspek ruhiyah kurang diperhatikan

3.Mukaffaru ‘anhu (diampuni dosanya), maksudnya ialah orang yang menunaikan shalat dan mampu menjaganya. Kualitas shalat seperti ini bagaikan berjihad melawan gangguan setan

4.Mutsabun (diberi pahala), maksudny ialah orang yang menjalankan shalatnyasetingkat diatas Mukaffan ‘anhu, merupakan shalat yang seluruh anggota tubuhnya, pikiran dan hatinya berdzikir kepada Allah.

5.Muqarrab min Rabbihi (yang mendekatkan diri kepada Allah), ini merupakan tingkat tertinggi, orang yang ketika shalat berdzikir dan hatinya penuh dengan kedekatan kepada Allah, serta di hatinya telah sirna segala was-was dan segala pikiran diluar shalat. Mereka itulah yang disebut Nabi SAW. sebagai muhsinin.

Jika kita mengambil kesimpulan bahwa orang yang tidak khusyuk dalam shalatnya, menandakan bagaimana kualitas shalatnya yang masih hanyut dalam lamunan atau ingatan sesuatu yang disebabkan godaan setan. Maka shalatnya sah dan tidak perlu lagi mengulang shalat tersebut.(Nad)