Hidup Berdampingan Dengan Virus

Minggu pagi (31/5) di RT 14, Perum Bekasi Timur, Desa Setia Mekar, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Haji Gatot (45) selaku Ketua Panitia Covid-19 RT 14 dan masyarakat RT 14 sedang mempersiapkan penyemprotan disinfektan. Kegiatan ini diadakan setiap Minggu pagi. Tangki yang berisi cairan disinfektan dibawa menggunakan gerobak berkeliling setiap gang di wilayah RT 14.

“Kita warga RT 14 rutin melakukan penyemprotan seperti ini agar daerah kita terus aman. Kegiatan ini juga akan terus berlanjut sampai Indonesia benar-benar sehat. Itu intruksi dari Kepala Desa,” kata Haji Gatot saat diwawancarai (31/5).

Selama pandemi ini terjadi, masyarakat tetap melakukan kegiatan seperti biasanya. Hanya saja untuk keluar masuk lingkungan RT ini terbilang ketat karena ada penjagaan yang dijalani secara bergilir dan harus selalu melewati bilik disinfektan.

“Dalam musyawarah yang kita sepakati, warga RT 14 harus melapor apabila mereka yang harus bekerja. Kita catat kerjanya di mana dan waktu pulangnya jam berapa. Karena laporan tersebut bisa menjadi catatan kami, kalau warga di sini terkena dari luar. Kalau yang ingin membeli kebutuhan sehari-hari tidak perlu melapor, hanya saja saat kemabli diwajibkan untuk mencuci tangannya terlebih dahulu,” tutur Sekretaris RT 14, Ajis (50), salah satu warga.

Di lingkungan RT ini terbilang sangat unik karena para pekerja berusia muda. Sedangkan, hampir seluruh orang tua di lingkungan ini sudah memasuki masa pensiun.

Selama pandemi terjadi, warga RT 14 merasakan betul dampaknya. Mereka sudah jarang berbaur antar tetangga.
“Yeh kite kan seneng banget kumpul-kumpul atau nongkrong-nongkrong. Engga cuman pemuda-pemudanya aja yang demen kumpul. Orang tua kite juga demen, apalagi kegiatan mereka seringnya di rumah terus, beda sama kite yang muda-muda,” kata Petong (25), salah satu pemuda.

Pemerintah terus mengimbau untuk melakukan kegiatan di rumah saja. Hal itu juga yang di rasakan oleh Gerhana (24). Lulusan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UPI ini sekarang berprofesi sebagai guru Pendidikan, Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di salah satu Sekolah Dasar swasta Kota Bekasi. Ia harus mengajar siswa-siswinya di rumah.

“Sejak pertengahan bulan Maret kegiatan sekolah diberhentikan. Kita para guru mengajar lewat online di rumah. Apalagi saya sebagai guru olahraga yang rada ribet nerapin belajar melalui online,” ucapnya saat diwawancarai di rumahnya.

Menurutnya, sebagai guru olahraga yang harus tetap mengajar murid-muridnya sebanyak 250 anak melalui daring sangatlah sulit. Komunikasi yang baik terhadap guru wali kelas dan orang tua adalah solusi terbaik untuk menerapkan kegiatan belajar dengan kondisi sulit ini.

“Komunikasi deh utama, ngurus 250 anak lewat Whatsaap ribet juga. Pengajaran saya kan melalui video edukasi yah, kemudian mereka tinggal ikuti dan membuat videonya juga. Banyak jugayang males buat tugas itu, dan wali kelas dan orang tuanya yang bantu saya agar anak-anak mau mengerjakannya, karena hasil tugas itu jadi tolak ukur untuk nilai kenaikan kelas,” ucap Gerhana.

Tidak hanya pekerjaannya saja, baginya pandemi ini sebagai ujian hidup yang menimpa keluarganya. Karena tahun lalu, ia dan kekasihnya baru saja melakukan pernikahan. Belum empat bulan dilaluinya, pandemi Covid-19 datang yang mengancam kantong untuk kehidupan hariannya. Gaji penuh dan gaji THR pertamanya harus terpotong. Ia dan keluarga sangat bergantung dengan gajinya tersebut.

“Yah sangat berat hati sih. Dari pihak sekolah, gaji harus dipotong dan tidak terima tunjangan hari raya. Walaupun istri saya kerja juga, gaji itu bisa meringankan tanggungan kami sekelurga. Intinya kami sangat bergantung dengan gaji kami”, ucapnya dengan nada sedih.

Hal tersebut juga dirasakan oleh Arief Naufal (23) yang berprofesi dibidang media monitoring di Jakarta. Kantornya mengarahkan untuk bekerja di rumah. Menurutnya, selama pandemi terjadi, pekerjaannya meningkat dari biasanya.
“Makin seperti budak romusha! Selama work from home, sebenarnya lebih santai sih. Banyak waktu luang dan lebih fleksibel aja. Jadi, kadang mau nyantai dikit malah dikasih kerjaan lagi,” tuturnya.

Sepertinya potongan gaji menjadi hal yang harus dimengerti bagi para pekerja selama wabah penyakit ini hadir. Tidak hanya Gerhana saja yang sebagai guru olahraga, Opal (sapaan akrabnya) juga mendapatkan dampak tersebut.

“Pendapatan kepotong sampe 20% dan THR juga ketunda, padahal kerja mah engga ada pengurangan jam kerja,” tuturnya kecewa.
Bagi Nuafal Fauzan (23), PHK menjadi solusi ketika pandemi datang. Naluri bertahan hidupnya harus mencari penghasilan lainnya untuk memenuhi kebutuhan adik-adiknya dan kedua orang tuanya di kampung.

“Sekarang kerja jadi kurir e-commerce. Lumayan buat nutup harian sama kirim-kirim uang ke Bokap-Nyokap di kampung. Itu juga harus cari sampingan lain sih, kalau malam bantu temen yang jualan kebab di Perumnas 3 sekalian jagain parkir di Alfamart. Kan tukang kebabnya satu tempat sama Alfamart,” tutur Kowang (sapaan akrabnya).

Dampak pandemi juga menjalar ke pelajar. Belajar di rumah tidak mengasyikan karena banyak tugas yang harus dikerjakan. Hal ini yang dirasakan Ole (16) salah satu pelajar yang bersekolah di SMA Negeri 2 Kabupaten Bekasi.  “Asli deh engga asyik sama guru-guru, tugas terus ada. Makin ke sini tugas terus, kadang waktu pengumpulannya engga masuk akal. Hari ini disuruh tugas ngumpulinnya sore, lahh emang yang tugas cuman dari satu guru doang apa, kan capek batin!”, tutur Ole dengan nada kesal.

Sayangnya, poster yang ditempel untuk menjalani prokotol kesehatan yang sudah dibentuk oleh kesepakatan masyarakat di lingkungan RT ini tidak sesuai harapan. Masih banyak warga yang tidak mentaatinya, lantas buat apa adanya kesepakatan diawal, nyatanya tata tertib yang ada tidak merubah sikap masyarakat.
“Sangat disayangkan yah, warga RT 14 masih saja membandel. Keluar lingkungan ini tidak memakai masker, saat masuk kembali tidak mencuci tangan, dan kalau di tegus malah kena omel kitanya. Walaupun daerah kecamatan kita zona hijau, tapi di luar sana kita engga tau kanan kiri kita sehat atau tidak,” tutur Haji Gatot ketua Panitia Covid-19 RT 14.(Roofid Sajid,Mahasiswa Sastra Indonesia FISIB Universitas Pakuan)