Oleh: Syaiful Anwar, S.Sos, MM
Dosen STIE Dewantara Bogor
Saat Indonesia masuk masa pandemi, terjadi perubahan drastis dalam hal cara kerja organisasi. Jika dulu kita awam terhadap remote working, maka sekarang justru banyak perusahaan yang menerapkan proses kerja jarak jauh kepada karyawan-karyawannya. Jika dulu sekolah di rumah dengan menggunakan laptop atau telepon pintar terlihat aneh dan “tidak masuk akal”, sekarang bukan saja menjadi budaya tapi justru didukung penuh oleh pemerintah. Bayangkan kita hidup tiga tahun yang lalu sebelum era Covid 19, untuk meeting dengan klien saja kita harus menghadapi macet, keluar biaya transportasi, dan tentu saja konsumsi waktu yang tidak sedikit. Sekarang, cukup dengan membuka laptop di rumah saja untuk berkordinasi dengan tim.
Ada dua hal pokok yang menjadi isu bagi pelaku sektor industri maupun sektor pendidikan saat ini, yaitu sumber daya manusia yang bisa bekerja dengan teknologi digital, dan digitalisasi SDM. Pada poin pertama, organisasi (apapun bidangnya) perlu mempersiapkan sumber daya yang mumpuni di bidang digital. Mereka harus paham tentang bagaimana menggunakan platform kerja jarak jauh, kolaborasi berbasis cloud (komputasi awan), mengerti tentang keamanan siber (cyber security), serta, pada industri tertentu, cerdas dalam mengoperasikan teknologi canggih seperti digital twin.
Pada isu kedua, persoalan dasarnya adalah bagaimana membuat semua sumber daya manusia dalam suatu organisasi bekerja secara digital, walaupun mereka tidak punya ketrampilan digital sebelumnya. Permasalahan ini cenderung terjadi pada sektor pendidikan, betapa banyaknya tenaga pengajar yang “gagap” secara teknologi sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak optimal. Beberapa daerah yang jauh dari infrastruktur telekomunikasi adalah salah satunya. Dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di beberapa negara Asia seperti Filipina.
SDM 4.0
Jika Industri 4.0 merujuk pada proses otomasi dan pertukaran data secara massif dengan menggunakan teknologi, maka SDM 4.0 adalah mereka (para individu, karyawan, pekerja, guru dll) yang mampu bekerja dengan memanfaatkan teknologi dalam men-deliver peekerjaan mereka. Karyawan bisa mengoperasikan platform cloud untuk berkolaborasi dengan rekan kerjanya di negara lain. Seorang solopreneur atau entrepreneur bisa berkordinasi dengan tim kerjanya di berbagai kota tanpa harus melakukan rapat secara fisik. Seorang guru bisa mengajar siswanya dan melakukan penilaian jarak jauh tanpa harus mengabaikan faktor integritas dengan menggunakan teknologi. Kunci dari semua ini adalah kemampuan SDM dalam mengadopsi teknologi terbaru.
Dewasa ini perkembangan teknologi untuk kerja jarak jauh sangat pesat. Berbagai platform remote working baik lokal maupun buatan perusahaan luar sudah banyak digunakan di berbagai organisasi, mulai dari versi gratis sampai berbayar. Kebutuhan transformasi digital sangat tinggi sehingga perusahaan-perusahaan raksasa dunia pun mulai membangun data center di Indonesia karena dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta, Indonesia adalah pangsa pasar yang besar.
Pemerintah bersama dengan pakar teknologi dan asosiasi perlu bekerjasama dalam membentuk manusia Indonesia yang memiliki tingkat pemahaman teknologi yang cukup tinggi. Dulu, memiliki kompetensi dalam mengoperasikan teknologi digital adalah suatu nilai tambah bagi setiap individu (good to have). Namun saat ini, kemampuan seperti itu sudah menjadi must to have atau wajib dimiliki oleh tiap individu. Perlahan tapi pasti, perusahaan dan organsasi (termasuk insititusi pemerintah, pendidikan, LSM) mulai melakukan transformasi digital sehingga butuh SDM yang mumpuni,
Langkah Konkret
Apa langkah yang harus kita lakukan untuk menuju SDM 4.0 ini? Pertama, dalam level pemerintah, perlu memfasilitasi dan mengakselerasi infrastruktur yang berkaitan dengan internet. Sebab internet adalah kunci dalam membangun SDM seperti ini. Daerah-daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) harus menjadi perhatian pemerintah pusat. Konsepnya adalah membangun dari pinggir untuk kemudian masuk ke tengah. Saat ini pusat infrastruktur teknologi hanya berkisar di pulau Jawa sehingga terjadi kesenjangan yang cukup tinggi dengan daerah-daerah lain khususnya Indonesia Timur.
Kedua, dalam level organisasi, pimpinan manajemen perlu mengeluarkan strategi membangun SDM mereka dengan mulai mengadopsi teknologi terbaru di lingkungan kerja. JIka masih menggunakan cara lama dalam mengelola organisasi, maka sulit untuk mencetak sumber daya manusia yang mahir dalam mengoperasikan teknologi. Tentu dalam perjalanan transformasi digital akan menemukan banyak kendala, namun hal ini masih jauh lebih baik daripada di masa akan datang kita tertinggal dengan negara lain.
Ketiga, dalam level individu, kita perlu selalu melakukan upgrade terhadap kompetensi diri. Kita tidak perlu bekerja di sektor teknologi, sebab menguasai teknologi saat ini adalah sebuah keniscayaan. Dalam sehari-hari, kita sering melakukan rapat virtual dengan teman kerja, keluarga bahkan silaturahmi online saat lebaran. Ke depannya, akan banyak kebutuhan-kebutuhan lain yang berkaitan dengan teknologi untuk mempermudah kita dalam kehidupan sehari-hari.