Jakarta,gpriority.co.id-Dalam rangka memperingati World Sleep Day yang jatuh pada tanggal 18 Maret 2022, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia melalui siaran persnya secara virtual pada Jum’at (18/3/2022) mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tidak mengabaikan tidur karena tidur yang berkualitas adalah suatu investasi hidup sehat dengan cara meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kualitas tidur, mengenali secara dini gangguan tidur dan menemui dokter ahli untuk penanganan lebih lanjut.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mendorong agar setiap sarana kesehatan untuk menyediakan klinik dan laboratorium sebagai sarana polisomnografi dan melakukan upaya preventif dengan melakukan pendekatan kepada JKN agar pemeriksaan tes tidur dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat secara gratis sehingga dampak dari gangguan tidur bisa dicegah sedini mungkin.
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina hingga berada dalam kondisi yang optimal. Namun sayangnya tidak semua orang bisa tidur nyenyak, beberapa orang mengaku kalau setiap malam mereka mengalami gangguan tidur.
Berdasarkan survey beberapa pakar kesehatan, diperkirakan sekitar 30-40% orang saat ini mengalami gangguan tidur. Gejala gangguan tidur yang sering dikeluhkan yaitu tidur mendengkur, sulit memulai untuk tidur, sering terbangun pada malam hari, bermimpi buruk, mengompol hingga keluhan berat berupa kesulitan bernapas ketika tidur.
Gangguan tidur berdampak pada produktivitas harian berupa rasa kantuk berlebih pada siang hari, sulit berkonsentrasi, mengingat atau menyimpan informasi, perubahan mood menjadi sering marah dan emosi tidak stabil.
Terdapat dua komponen utama yang perlu diperhatikan dalam tidur yaitu kualitas tidur dan kuantitas tidur. Kualitas tidur adalah ukuran seberapa baik tidur seseorang, yaitu tidur nyenyak yang memulihkan energi. Kuantitas tidur mengukur berapa lama seseorang tertidur setiap malam. Kualitas tidur mengacu pada penilaian secara subjektif tentang bagaimana perasaan seseorang tentang tidur yang diperoleh.
Kualitas tidur lebih sulit untuk diukur daripada kuantitas tidur, tetapi tidak sepenuhnya bersifat subjektif. Apabila terjadi gangguan pada kedua komponen tersebut, maka akan menimbulkan dampak pada sistem memori dan konsentrasi sehingga dapat menurunkan produktivitas.
Mendengkur merupakan salah satu bentuk gangguan tidur yang paling sering terjadi. Presepsi yang beredar pada masyarakat luas, mendengkur sering dianggap sebagai suatu tanda tidur nyenyak, tetapi sebenarnya Mendengkur adalah suatu gangguan penyempitan saluran napas saat tidur. Penyempitan ini menyebabkan aliran udara yang masuk dalam saluran pernapasan menjadi berkurang sehingga suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh menjadi berkurang.Mendengkur merupakan mekanisme awal terjadinya gangguan henti napas saat tidur (obstructive sleep apne).
Obstructive sleep apnea (OSA) merupakan kejadian berhentinya nafas lebih dari 10 detik yang terjadi secara berulang sepanjang seseorang tidur. Obstructive sleep apnea sering terlambat terdiagnosa pada fase awal yang apabila tidak ditangani dapat menimbulkan berbagai komplikasi kardiovaskular, metabolik, neuroendokrin, hingga kematian mendadak saat tidur. OSA dapat terjadi pada seluruh rentang usia berdasarkan penyebabnya. Laki-laki usia menengah dikatakan paling banyak mengidap OSA. Pada anak, faktor terjadinya OSA disebabkan oleh pembesaran tonsil dan kelenjar adenoid yang menghalangi masuknya udara dalam jalan napas.
Kelainan bawaan sejak lahir seperti pada ukuran rahang bawah yang mengecil, lidah yang besar atau terlalu panjang juga menjadi faktor OSA pada usia muda. Bentuk leher yang besar dan wanita menopause menjadi faktor resiko OSA. Pada umumnya, faktor penyebab OSA adalah kegemukan/obesitas.
Gangguan tidur yang muncul akibat OSA dapat berupa rasa kantuk yang luar biasa, letih, lesu, produktivitas menurun, konsentrasi terganggu, nyeri kepala, gelisah, tekanan darah tinggi hingga disfungsi seksual. Penyakit yang disebabkan oleh OSA diantaranya hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes mellitus, dislipidemia dan kecelakaan lalu lintas. Pendekatan dini melalui kuesioner sebagai metode penapisan sangat diperlukan bagi orang yang beresiko tinggi.
Penilaian gangguan kualitas tidur dilakukan dengan pemeriksaan sederhana berupa wawancara medis untuk menilai latensi tidur, riwayat sering terbangun ketika tidur pada malam hari dan efisiensi tidur. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti polisomnografi dapat dilakukan dengan cara merekam aktivitas gelombang otak (Electroencephalography), perekam jantung (electrocardiography), pengukur gerakan bola mata (Electrooculography), dan pengukur aktivitas otot (electromyography). Pemeriksaan polisomnografi yang ideal harus dilakukan di laboratorium tidur sehingga dapat dimonitor penuh oleh petugas dengan durasi tidur minimal yang dianjurkan untuk dapat mengukur kualitas tidur selama 6 jam.
Pemeriksaan ini mampu mengenali gangguan terhadap kondisi tidur normal sehingga membantu dokter dalam mendiagnosis kelainan sehingga memudahkan rancangan program pengobatan yang diperlukan.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan OSA terhadap kesehatan tidur masyarakat di Indonesia, diantaranya penelitian mengenai hubungan OSA dengan kecelakaan lalu lintas pada pengendara taksi, penelitian tentang hubungan OSA dengan obesitas, penelitian OSA pada pasien penderita kanker paru hingga penelitian tentang bagaimana peran OSA menyebabkan terjadinya kalsifikasi koroner, kajian terhadap Low Density Lipoprotein, Lipoprotein Phospholipase A2 pada pengidap OSA dan kontribusi index desaturase oksigen terkait timbulnya penyakit jantung koroner.(Hs.Foto.Ss YouTube)