Jakarta,Gpriority-Huawei Indonesia bersama dengan London School of Public Relations Communication and Business Institute pada hari Kamis (5/3) mengumumkan karya-karya terbaik yang terpilih untuk memperoleh penghargaan.
Bertemakan ‘Empowering Your Possibilities’, HFA telah menerima 117 karya film pendek yang direkam menggunakan smartphone Huawei dari berbagai kreator dan sineas di Asia Pasifik, termasuk 2 hasil karya dari Indonesia yang berhasil memasuki 10 besar. Dalam penyelenggaraannya di Indonesia, Huawei bekerjasama dengan London School of Public Relations Communication and Business Institute yang memiliki jurusan Digital Media Communication & Advertising sebagai salah satu bentuk upaya untuk mencari sineas muda berbakat.
Dalam sambutannya di acara penganugerahan HFA di Indonesia, Lo Khing Seng selaku Deputy Country Head Huawei Consumer Business Group Indonesia mengungkapkan apresiasinya atas antusiasme para peserta dari Indonesia yang telah mengikuti ajang ini.
“Saat ini kita berada di era di mana perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor penting dalam mengasah kreatifitas, salah satunya dalam bidang sinematografi. Oleh karena itu, Huawei melalui HUAWEI Film Awards hadir sebagai platform bagi para customer untuk menampilkan karya terbaiknya, dan kami percaya karya dari kreator Indonesia memiliki kualitas yang mumpuni untuk bersaing di tingkat internasional.”
Syaifullah selaku Direktur Industri Film, Televisi dan Animasi, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun turut menyampaikan apresiasi dalam sambutannya dalam rangka penyelenggaraan HFA.
“Banyak talenta-talenta muda di Indonesia yang memiliki potensi untuk bersaing di kancah internasional. Kompetisi ini menunjukkan bahwa karya dapat diciptakan melalui medium yang sederhana, seperti smartphone karena kuncinya adalah kreativitas dari individu itu sediri. Hal ini pun menunjukkan bahwa karya sinematografi mampu digunakan untuk mengangkat kekayaan Indonesia.”
Pada gelaran acara tersebut, Dr. Andre Ikhsano sebagai Rektor LSPR Communication & Business Institute pun mengungkapkan bahwa ajang yang diselenggarakan Huawei dapat menjadi langkah awal bagi para talenta-talenta muda untuk mengembangkan diri sehingga nantinya mampu mendukung perfilman Indonesia.
“Dimulai dari film-film pendek sederhana ini, siapa tahu nantinya mereka dapat membuat karya yang mampu bersaing di bioskop. Sudah banyak teknologi yang memudahkan saat ini salah satunya dengn smartphone,” jelas Dr. Andre.
Undang undang perfilman No. 33 Tahun 2009 pasal 32, mengatur jam penayangan film Indonesia sebanyak 60 persen dari seluruh jam pertunjukkan film yang beredar selama 6 bulan berturut – turut. Namun, jumlah produksi film Indonesia per tahun tidak sebanyak yang dihasilkan oleh Hollywood. Hal ini menjadi salah satu bagian dari buku karya Dr. Andre yang berjudul “Melawan Hegemoni Perfilman Hollywood”, yang turut disampaikan dalam kesempatan yang sama.
Sutrada kenamaan Hanung Bramantio juga mengakui bahwa ada beberapa shot-shot gambar yang secara khusus diambil menggunakan smartphone, karena tidak bisa diambil oleh kamera besar. Ia pun memberikan contoh pengambilan gambar untuk sepeda.
” Demikian halnya dengan adegan ledakan, saya menggunakan hp,” tambah Hanung.
Terkait hp apa yang bagus untuk pengambilan gambar, Hanung merekomendasikan Huahewi. Karena ada slowmotion yang sangat jernih.
“Jadi teknologi sekarang tidak ada alasan untuk tidak dipergunakan untuk membuat film. Setelah itu baru diedit untuk disiarkan kepada masyarakat melalui festival.Dan jika menang festival maka akan dicari oleh produser. Selain itu bisa dimasukkan ke dalam YouTube.Dan tidak ada alasan lagi untuk tidak membuat film karena sudah ada smartphone,” jelas Hanung.
Rommy Fibri dari Lembaga sensor film, mengatakan, dalam dunia industri perfilman, ada dua hal yang saling terkait yakni kekerasan dan kelembutan. “Dan ini adalah industri. Jadi tidak usah pusing lagi. Kalau banyak orang bilang ada adegan kekerasan di film tersebut,” tambah Rommy.(Hs)