Kemenkes Tegaskan Teknologi Wolbachia Ampuh dan Aman Lawan DBD

Penulis : Ponco | Editor : Dimas A. Putra | Foto : Kemenkes

Jakarta, Gpriority.co.id – Setiap tahun masih ada 80.000 – 150.000 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan jumlah kematian antara 700 – 1.200 kematian, dimana usia 5 – 14 tahun merupakan kelompok terbanyak. Atas dasar itu, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bermaksud intervensi dengan mendistribusi nyamuk Wolbachia.

Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD masih banyak terjadi di beberapa daerah Indonesia. Di sisi lain, upaya penanganan DBD melalui fogging, larvasida, pemakaian kelambu, 3M Plus, gerakan satu rumah satu jumantik belum dapat menekan kasus DBD.

Sementara, 14 negara (Brasil, Australia, Singapura, dan lain-lain) telah diakui sukses menekan kasus DBD oleh WHO dengan menerapkan inovasi teknologi Wolbachia. Indonesia sendiri telah melakukan riset terkait penerapan Wolbachia. Penelitian ini sudah dilakukan di Yogyakarta selama 12 tahun.

Peneliti UGM tidak bekerja sendiri. Namun, turut melibatkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta dalam melakukan penelitian tersebut. Penelitian membuktikan adanya penurunan 77,1% kasus dengue dan penurunan 86,2% rawat inap. Kota Yogyakarta sendiri telah menerapkan Wolbachia lebih dari 10 tahun, dan lebih dari 1,5 juta orang hidup di wilayah yang sudah mendapatkan persebaran nyamuk ber-Wolbachia.

Dikutip dari laman Kemenkes, mekanisme Wolbachia ialah nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia digunakan dengan cara memindahkan Wolbachia dari lalat buah ke nyamuk aedes aegypti betina. Teknik ini bukan rekayasa genetik karena tidak melibatkan modifikasi genetik nyamuk ataupun Wolbachia. Jadi, sesungguhnya bakteri Wolbachia secara alami ada di 60% serangga bukan hasil rekayasa. Bakteri Wolbachia dan nyamuk aedes aegypti secara alami ada di alam. Kemenkes menegaskan tidak ada manipulasi genetik dan tidak diternakkan di laboratorium.

Perlu diketahui, nyamuk jantan ber-Wolbachia yang kawin dengan nyamuk betina ber-Wolbachia akan menetaskan telur dan melahirkan nyamuk ber-Wolbachia. Demikian halnya dengan nyamuk jantan non Wolbachia yang kawin dengan nyamuk betina Wolbachia akan menghasilkan anakan ber-Wolbachia. Sementara jika nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan betina non Wolbachia telurnya tidak akan menetas. Singkatnya, bakteri Wolbachia dalam nyamuk aedes aegypti akan menyebabkan virus DBD pada nyamuk tidak bisa berkembang sehingga tidak bisa menularkan penyakit DBD.

Walaupun sudah diterapkan teknologi Wolbachia Kemenkes berpesan harus tetap melaksanakan upaya 3M Plus (Menguras, Menutup,  Mendaur ulang, serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan). Hal ini akan bermanfaat untuk pengendalian penyakit lainnya yang ditularkan melalui nyamuk.