Tak hanya Yordania saja yang memiliki laut mati, Indonesia pun punya tepatnya di Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Seperti disebutkan dalam laman situs resmi Pemkab Rote Ndao, tempat wisata yang terletak di Dusun Sipuk,Desa Sitomori, Kecamatan Landu ini sangatlah sepi pengunjung. Padahal pemandangan di laut mati lebih indah dibandingkan objek wisata laut lainnya.” Mungkin dikarenakan banyaknya persiapan yang harus dilakukan dibandingkan mengunjungi objek wisata laut lainnya,” ucap Annisa salah seorang travelblogger yang diwawancarai via WhatsApp pada Jum’at (5/2/2021).
Menurut Annisa Ini dikarenakan tidak adanya fasilitas yang disediakan seperti objek wisata laut lainnya.Bahkan lanjut Annisa untuk menginap pun tidak ada hotel maupun losmen, sehingga harus bertanya kepada penduduk sekitar yang menyewakan tempat tinggalnya.
“ Meski demikian saya sangat tertarik untuk kembali berkunjung ke sana, karena tempatnya sangat indah dan pantas dijuluki surga di dunia,” jelas Annisa.
Ya, laut mati memiliki keindahan yang tidak dimiliki objek wisata lainnya seperti pasirnya berasal dari kulit kerang (keong). Kandungan airnya yang berbeda dengan air laut pada umumnya, yaitu tidak terlalu asin. Karena itulah konon ikan-ikan yang biasanya hidup di air tawar seperti Ikan Mujair dapat hidup dan berkembang di danau laut mati ini. Hal ini berdasarkan penglihatan penduduk setempat yang mengamati dan meneliti bentuk fisik dari ikan tersebut.
Pesona bukit-bukit yang menjorok ke laut, Hijaunya hutan bakau dan karang di pesisirnya menambah cerita tersendiri. Di sebelah barat laut mati, ada bukit kecil yang cukup tinggi untuk melihat pemandangan laut mati. Dari bukit itu wisatawan dapat menikmati pesona matahari terbit.
Akses menuju laut mati
Ada 2 akses yang bisa dipergunakan untuk menuju ke sana. Yang pertama via udara dan kedua adalah laut.
Bagi Anda yang ingin menggunakan jalur udara melalui Bandara El-Tari,Kota Kupang menuju Bandara Lekunik, Rote. Anda bisa terbang dengan layanan Trans Nusa dan Susi Air, dengan ongkos sekitar Rp200-300 ribuan, sekali terbang. Penerbangan hanya tersedia tiga kali seminggu, yakni pada Senin, Rabu, dan Jumat/Sabtu. Jadwal dapat berubah tergantung situasi dan kondisi cuaca tentunya.
Tapi jika memilih jalur laut, terdapat dua pilihan. Pertama, menggunakan kapal Ferry Roro atau kapal cepat. Ferry Roro bertolak Pelabuhan Bolok, Kupang, yang akan memakan waktu tempuh 3-4 jam hingga tiba di Pelabuhan Pantai Baru, Rote.
Sementara jika menggunakan kapal cepat, kawan bisa mulai dari Pelabuhan Tenau, Kupang, dengan jarak tempuh hanya 1,5-2 jam saja. Tentunya perjalanan laut itu juga tergantung situasi dan gelombang laut.
Dari pelabuhan Pantai Baru, Rote, kawan dapat langsung menuju kota Ba’a yang berjarak sekitar 80 kilometer. Waktu tempuh ke kota itu bisa dicapai dalam 1,5-2 jam saja melalui jalur aspal yang relatif mulus. (Hs)