Jakarta,gpriority-Tidak bisa dipungkiri, bahwa membaca cerita bergambar atau komik merupakan kegiatan yang sangat mengasyikkan.
Bahkan, beberapa orang menggilai komik hingga mengoleksinya dan bergabung dengan komunitas komik serta mengikuti aktivitas yang terkait dengan komik. Dalam perkembangannya, komik menawarkan kecenderungan atau genre yang beragam dalam penciptaan komik, salah satunya adalah komik strip.
Dipaparkan Beng Rahadian, komikus yang juga pengajar Ilustrasi di Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta melalui zoom Galeri Nasional pada Selasa (2/6/2020) , komik strip muncul seiring dimulainya penerbitan media. Karena itulah komik strip kerap identik dengan media massa yang memuatnya.
“Komik strip memiliki format yang sederhana, yakni hanya terdiri dari beberapa panil saja sehingga membuatnya mudah dibaca dan diingat. Komik strip selain berfungsi sebagai hiburan saat senggang, juga menjadi corong editorial yang mewakili sikap sebuah media massa,” katanya.
Memasuki era digital serta maraknya media sosial yang bisa diakses setiap orang, komik strip mampu beradaptasi dan tetap eksis hingga saat ini. Bahkan menurut Beng, komik strip berubah menjadi ekspresi personal yang mewakili pandangan pribadi. “Tentu hal ini mengubah banyak hal, baik dari keragaman gaya maupun konten pola baca dan para pelakunya,” ujarnya.
Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto menanggapi bahwa program ini merupakan media yang informatif dan edukatif, sekaligus sebagai forum diskusi dan berbagi pengalaman khususnya tentang komik strip. “Workshop membuat komik strip yang juga melengkapi program ini tak hanya mengasah keahlian secara teknis, namun juga melatih cara berpikir kritis, sekaligus peka terhadap kondisi di sekitarnya. Karena itulah komik strip tak hanya membutuhkan sisi artistik, namun juga kecerdasan berpikir,” pungkasnya.(Hs.Foto:Hs)