Pentingnya Pencegahan Cedera Kulit Akibat Perekat Medis

Penulis: Aflaha Rizal Bahtiar | Editor: Lina F | Foto: Essity

Jakarta, GPriority.co.id— MARSI atau cedera kulit akibat perekat medis yang kurang tepat sangat berdampak signifikan terhadap keselamatan dan kenyamanan pasien.

Salah satu dampaknya mulai dari kerusakan permukaan kulit yang menimbulkan rasa nyeri, infeksi, perluasan luka, serta lambatnya penyembuhan luka.

Dampak tersebut dialami oleh kelompok pasien dengan faktor risiko. Tidak hanya itu, komplikasi MARSI juga memberikan beban finansial tinggi akibat kebutuhan pelayanan tambahan serta perawatan luka yang lebih lama.

Menurut Dr. dr. Erwin Pradian, Sp.An, KIC, KAR, M.Kes dari Perhimpunan Dokter Intensive Care Indonesia (PERDICI), lewat survei sederhana yang dilakukan pada 59 anggota PERDICI, ditemukan tipe MARSI tertinggi pada pasien ICU.

Tipe MARSI yang ditemukan adalah dermatitis iritan kontak sebanyak 47,3 persen, dan dermatitis alergi sebanyak 30,9 persen.

“Di ICU, masalah MARSI dan komplikasinya kerap ditemui. Paada jurnal penelitian menemukan, bahwa prevalensi MARSI di ICU hingga 42 persen,” ungkap dr. Erwin Pradian dari keterangan Essity beberapa waktu yang lalu.

“Pasien dengan penyakit kritis di ICU rentan terhadap MARSI karena berbagai faktor, di antaranya adalah kondisi umum yang sehari-hari terkena paparan yang tinggi akibat perekat medis,” tambahnya.

Kondisi yang dialami, antara lain malnutrisi, ketidakstabilan hemodinamik, disfungsi organ, edema, dan kelainan kulit.

Dalam proses pengobatan, pasien ICU biasanya membutuhkan berbagai perangkat medis untuk pemantauan, diagnosis dan pengobatan.

“Misalnya kateter urin, enteral, dan vaskular adalah perangkat medis yang paling banyak digunakan, yang memerlukan penggunaan perekat medis/plester, di mana dalam prosesnya selalu diganti secara berkala,” pungkasnya.