Jakarta,GPriority.co.id-Nama Jusuf Hamka tentu sudah tidak asing di telinga kita? Pria berdarah Tionghoa ini dikenal sebagai bos jalan tol yang memiliki banyak sekali proyek bernilai miliaran bahkan triliunan. Meski telah menjadi sosok miliuner yang bergelimang harta, ia tetap menjadi pengusaha jalan tol yang selalu rendah hati dan dermawan.
Bagaimana Jusuf Hamka bisa sesukses sekarang ini? Rahasianya ada pada 7 prinsip hidupnya: Yang pertama kerja keras. Kedua kerja cerdas, ketiga kerja ikhlas, keempat ridho orang tua, kelima patuh kepada orang tua, keenam berbuat baik kepada orang lain dan terakhir bermanfaat untuk orang lain.
Selain 7 prinsip hidupnya, ada satu hal lagi yang pastinya bisa menginspirasi Anda, yakni autobiografinya. Berikut ulasannya.
Semasa kecilnya, Jusuf Hamka yang lahir pada Desember 1957 di Samarinda hidup pas-pasan bahkan sempat mengalami masa-masa sulit. Bahkan ketika pulang sekolah, ia tak malu untuk membantu orangtuanya berjualan es mambo. Bagi pria yang memiliki nama asli Alun Joseph, kesuksesan merupakan bentuk kerja keras serta mau berbagi pada sesama yang membutuhkan.
Tahun 1974, Jusuf bekerja untuk sebuah usaha kayu di Samarinda. Kala itu, ia juga tinggal dan tidur di atas rakit. Bahkan untuk makan sarden dan kornet pun terkadang ia tak ada uang.
“Kalau gak punya duit, saya modal sabun saya potong, lalu saya kasih pancingan. Saya lempar pancingannya ke deket jamban. Langsung dimakan, itu namanya ikan jamban. Tapi ya kami lapar, kita makan. Itulah hidup. Tidur bantalnya tas travelling saya, lalu pakai kelambu. Jadi seperti ini pasti ada kerja keras,” tuturnya.
Jusuf Hamka juga menjelaskan prosesnya menjadi mualaf di tahun 1981. “Dahulu teman-temannya kebanyakan beragama muslim. Sehingga kerap merasa penasaran saat melihat temannya melaksanakan salat,” jelas Jusuf Hamka.
Tak hanya itu, kemurahan hati umat Islam kepada dirinya menjadi alasan lainnya kenapa Jusuf Hamka memutuskan menjadi mualaf di tahun tersebut. Dengan tekad bulat, Alun Joseph yang berusia 23 tahun menemui Buya Hamka. Tujuannya untuk mempelajari dulu sebelum masuk Islam. Namun niat tersebut ditolak oleh Buya Hamka dengan alasan takut dosa. Buya Hamka pun meminta agar Alun Josep langsung masuk Islam detik itu juga. “Kenapa maksa saya, Buya menjawab: kalau kamu meninggal masih dalam keadaan kafir, saya yang berdosa dan dosa kami say yang tanggung,” kata Jusuf Hamka.
Mendengar penjelasan Buya, Alun Josep mengucapkan dua kalimat syahadat. Oleh Buya Hamka namanya diganti menjadi Jusuf Hamka.
Usai menjadi mualaf, kehidupan Jusuf Hamka masih belum berubah di tahun 1986-1989 ia bekerjai sebagai seorang sopir traktor pembuat jalan di desa Bukuan, Kecamatan Palaran, pinggir sungai Mahakam dengan gaji Rp 750 ribu per bulan. Namun ia tidak mengeluh, baginya beribadah dan bekerja keras jadi kunci keberhasilannya suatu saat ini. Benar saja atas dasar kehendak dan dengan gerak Allah SWT, si pembuat jalan tersebut, saat ini telah dipercaya pemerintah sebagai pengelola Jalan Tol di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur, ” Alhamdulillah, rezeki anak soleh,” jelas Jusuf Hamka.
Bahkan, saat ini PT CMNP yang dibuat olehnya dipercaya untuk mengerjakan proyek Harbour Road 2 di Jakarta senilai 16 Triliun dan NS Link di Bandung senilai 9 Triliun, totak Rp 25 Triliun. “Jika Allah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin,” ucapnya.
Sukses tidak membuat Jusuf Hamka jumawa dan menjadi sombong. Justru tetap rendah hati dan mau berteman dengan siapa saja. Jusuf Hamka juga bercita-cita membangun 1.000 masjid sebagai ikhtiarnya dalam menyebarkan kebaikan agama islam lewat caranya sendiri.
Salah satu masjid yang sudah dibangun, adalah masjid berbangunan unik dengan nuansa oriental, yakni Masjid Babah Alun Desari. “Saya gak pandai ceramah, saya gak pandai ngaji, tapi buat tempat-tempat wisata religi muslim ini menebarkan syiarnya aja,” kata Jusuf.
Menutup ceritanya, Jusuf Hamka meminta doa masyarakat Indonesia agar niat tulusnya membangun 1.000 masjid cepat terlaksana dan bisa digunakan oleh masyarakat sekitar untuk beribadah.(Hs.Foto:dok.pribadi)